INIBERITA.id, BANJARMASIN- Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor yang dikenal Paman Birin, memimpin upacara dan melakukan ziarah serta tabur bunga di makam pahlawan, dalam peringatan 160 tahun wafatnya pahlawan nasional Pangeran Antasari, berlokasi di Banjarmasin Utara. Selasa (11/10/22).
Upacara berlangsung khusyuk dan dihadiri sejumlah kalangan, mulai dari Sekda, Forkopimda, sejumlah Kepala SKPD, sejumlah anggota TNI/Polri hingga pelajar.
Paman Birin selaku pembina upacara, membacakan kembali tujuh pesan yang pernah disampaikan langsung oleh Pangeran Antasari. Salah satu pesan tersebut diantaranya, adalah pesan yang hingga saat ini masih diingat oleh masyarakat Kalimantan Selatan yaitu,“Haram manyarah, waja sampai kaputing”, yang berarti, haram hukumnya untuk menyerah kepada musuh .
Selepas upacara, dilanjutkan dengan tabur bunga, di makam Pangeran Antasari. Usai upacara dan tabur bunga, Paman Birin menyampaikan, harapannya untuk generasi masa kini, agar jangan melupakan sejarah perjuangan pahlawan dan orang-orang tua di masa lalu.
“Jangan pernah melupakan sejarah. Ada orang-orang tua dan pahlawan-pahlawan kita yang duduknya lebih dahulu daripada kita. Itu adalah sebuah pembelajaran besar bagi kita generasi hari ini. Harapan kita dapat menjadi contoh buat kehidupan,”ujarnya.
“Nilai yang bisa kita petik dari pahlawan tentunya adalah nilai perjuangan, yang tidak lekang oleh panas dan hujan. Semangatnya selalu membara untuk tanah air, banua dan rakyat. Semangat ini yang harus dimiliki oleh setiap anak bangsa,” ungkapnya.
Selanjutnya, dalam pelaksanaan upacara itu, dibacakan riwayat singkat Pangeran Antasari yang merupakan Pahlawan Nasional dari tanah Borneo ini. Pahlawan Nasional yang semasa mudanya, dikenal dengan nama Gusti Inu Kartapati ini lahir di Kayu Tangi, Kesultanan Banjar pada tahun 1797.
Pangeran Antasari dinobatkan, sebagai Sultan Banjar pada 14 Maret 1862 dan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin dan menjadi pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar, menggantikan Sultan Hidayatullah yang diasingkan ke Cianjur.
Dirinya wafat pada tanggal 11 Oktober 1862 di Bayan Begok, Hindia Belanda dan dikuburkan disana. Jenazahnya kemudian dipindahkan pada tahun 1958 ke Makam Pahlawan Nasional di Jalan Malkon Temon, Banjarmasin. (iniberita/Adpim)