INIBERITA.id, BANJARMASIN- Warga masyarakat di wilayah Kabupaten Barito Kuala (Batola) banyak yang mempertanyakan kenapa Program Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) dicabut atau dihapuskan hingga tidak diajarkan lagi.
Pertanyaan tersebut disampaikan saat mereka bertatap muka, dengan anggota Komisi II DPRD Provinsi Kalsel Dr H Karlie Hanafi Kalianda SH MH, melakukan Sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila dan Wawasan Kebangsaan di berbagai wilayah di Kabupaten Batola.
“Seperti saat sosialisasi di RT 02, Kelurahan Ulu Benteng, Kecamatan Marabahan, Kabupaten Batola, Kamis (8/2/2024) saat tanya jawab, warga yang berusia 65 tahun melontarkan pertanyaan tentang penghapusan ajaran P4. Padahal menurut tokoh masyarakat ini banyak hal positif yang bisa diambil dari program P4 tersebut,” ungkap Karlie Hanafi dengan wartawan di Banjarmasin. Minggu(11/2/2024).
Menanggapi pertanyaan warga tersebut, Karlie Hanafi menjelaskan, ada dua hal kenapa P4 dicabut. Pertama, karena P4 dianggap sebagai indoktrinasi yang dinilai melanggar HAM, kedua Pancasila saat itu menjadi alat politik, mereka yang tidak sejalan dengan pemerintah dicap sebagai anti Pancasila.
Politisi Golkar ini melanjutkan, seiring dengan berjalannya waktu, selain kerap melontarkan pertanyaan tentang penghapusan P4, masyarakat juga sering melontarkan kerinduannya terhadap program P4 tersebut.
“Karena kerinduan masyarakat terhadap program P4 itu sebenarnya sedikit terobati dengan adanya sosialisasi tentang empat pilar kebangsaan yang berlakangan ini gencar dilaksanakan, baik oleh kalangan legislatif maupun eksekutif,”jelasnya.
Sementara itu, saat Sosialisasi Ideologi Pancasila dan Wawasan Kebangsaan yang dilaksanakan di RT 02, Kelurahan Ulu Benteng, Kecamatan Marabahanan, Kabupaten Batola, politikus senior H Puar Junaidi S Sos MH selaku narasumber mengatakan, empat pilar kebangsan merupakan tiang penyangga yang kokoh, berperan agar rakyat Indonesia merasa nyaman, aman, tenteram dan sejahtera serta terhindar dari berbagai macam gangguan dan bencana.
“Empat pilar kebangsaan adalah kumpulan nilai-nilai luhur yang harus dipahami seluruh masyarakat dan menjadi panduan dalam kehidupan ketatanegaraan untuk mewujudkan bangsa dan negara yang adil, makmur, sejahtera dan bermartabat,”katanya.
Dijelaskannya, konsep empat pilar kebangsaan itu terdiri dari Pancasila, Undang-undang Dasar (UUD) 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta Bhineka Tunggal Ika.
Pancasila merupakan ideologi dan dasar negara yang memiliki fungsi sangat fundamental dan juga disebut sebagai sumber dari segala sumber hukum, sedangkan nilai-nilai luhur Pancasila tertuang dalam norma-norma yang terdapat dalam pembukaan dan batang tubuh UUD 1945.
“Norma konstitusional UUD 1945 menjadi acuan dalam pembangunan karakter bangsa,”jelasnya.
Diungkapkannya, dalam pembangunan karakter bangsa dibutuhkan komitmen, terhadap NKRI yang dibangun pada manusia dan bangsa Indonesia adalah karakter yang memperkuat dan memperkokoh komitmen terhadap NKRI.
“Maka rasa cinta terhadap tanah air perlu dikembangkan dalam pembangunan karakter bangsa, melalui pengembangan sikap demokratis dan menjunjung tinggi hak azasi manusia serta menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa,”ungkapnya.
Ditegaskan, Bhineka Tunggal Ika bertujuan menghargai perbedaan atau keragaman namun tetap bersatu dalam ikatan sebagai bangsa Indonesia.
Karena Indonesia terdiri dari beragam suku, agama, ras dan antara golongan (sara). Keberagaman ini harus dipandang sebagai kekayaan khasanah sosial kultur, bersifat kodrati dan alamiah. Keberagaman bukan untuk dipertentangkan apalagi diadu antara satu dengan yang lain sehingga berakibat terpecah belah. Oleh sebab itu Bhineka Tunggal Ika harus dapat menjadi penyemangat terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa.
“Jadi, empat pilar kebangsaan merupakan tiang penyangga yang kokoh, berperan agar rakyat Indonesia merasa nyaman, aman, tenteram dan sejahtera serta terhindar dari berbagai macam gangguan dan bencana,”katanya.
Kegiatan sosialisasi mendapat tanggapan sangat serius dari peserta yang terdiri dari Ketua RT O2, Kelurahan Ulu Benteng Abdi Sabirin, sejumlah tokoh masyarakat, pemuka agama, generasi muda serta sejumlah masyarakat umum lainnya.(sop/iniberita)