INIBERITA.id, BANJARMASIN- Gegap gempita Konferesi Wilayah Nadlatul Ulama (NU) Kalimantan Selatan, di Amuntai Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) menjadi perhatian banyak pihak.
Terlebih lagi, muncul perkembangan mengejutkan Konferwil NU ke-9 di Ponpes Rakha Amuntai, HSU itu dibekukan oleh Pengurus Besar NU (PBNU).
Dibuka secara resmi oleh Ketua PBNU Prof KH Mukri, pada Jumat (9/6) siang, malamnya konferwil justru dihentikan.
Melihat kondisi itu, besar harapan NU agar lebih mengedepankan kepentingan umat, bukan kepentingan elit.
Selama ini NU menjadi magnet banyak pihak untuk menakhodai, bahkan masuk dalam ranah-ranah politik yang terang benderang.
Sehingga menjadikan NU kembali ke khitah menjadi harapan kalangan nahdiyin, baik menengah hingga akar rumput dan para santri yang tersebar di seluruh Kalimantan Selatan.
Pandangan dan harapan ini seperti diungkapkan Tuan Guru H Ahmad Supian Al-Banjari.
“Ulun kira kita patut mendengarkan harapan warga Nahdiyin yang menginginkan agar Ketua Tanfiziyah adalah harapan bersama warga Nahdiyin, bukan partisan partai politik apalagi kader dan anggota partai politik,” ungkap Guru Supian.
Guru Supian berharap ujarnya, proses pehelatan akbar Ahlul Halli Wa Aqdi (AHWA) ini semestinya tetap konsisten ke khitah. Dimana pemimpin NU di tingkat wilayah adalah figur yang menjadikan nuansa kebatinan umat merasa terayomi, bukan terkotak lantaran hal-hal politik.
Guru Supian yang juga Khadimul Majelis Irsyadul Fata Pamangkih Laut Kabupaten Banjar ini juga mengatakan, seyogyanya kita turunkan tensi demi kepentingan yang lebih besar, lepaskan tarikan kepentingan politik apalagi dalam aturan pemilihan sudah sangat jelas batasan-batasan politik ini.
“Jangan terulang lagi seperti perhelatan sebelumnya, yang mana warga nahdiyien sendiri yang dirugikan dan sulit membangun kebersamaan dalam rangka membesarkan NU di banua,” ujar Guru Supian yang juga zuriat Datu Kalampayan ini.
Lebih lanjut dikatakan, tujuan didirikan NU sejak bawa ke banua oleh Tuan Guru Tuha Syech Abdul Qadir Hasan pendiri terdahulu dan generasi berikutnya adalah memberlakukan ajaran Islam yang menganut paham Ahlussunah Wal Jamaah serta menurut pada salah satu dari empat mazhab besar untuk mewujudkan tatanan masyarakat diridho Allah demi kemaslahatan Umat.
” Tentu harapan ini harus dimulai dari pilihan Ketua Tanfiziyah yang mengedapankan harapan besar tadi bukan mengedepankan urusan politik, apalagi membawa proses pemilihan seperti ala memilih Ketua Partai. Ulun kira banyak Tuan Guru yang mengharapkan NU ke depan agar kembali ke khitah sebagaimana harapan para pendiri dan pembawa NU ke banua” ungkap beliau. (ril/iniberita).